Pengaruh Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Remaja di Desa Winong

Refleksi Penting Bagi Pendampingan Karir Generasi Muda Pedesaan

Penulis: Arum Sari
UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon

Perkembangan teknologi digital telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan generasi muda. Salah satu fenomena yang paling mencolok dalam dekade terakhir adalah menjamurnya penggunaan media sosial, termasuk aplikasi X (sebelumnya Twitter). Di balik kemudahan interaksi dan kebebasan berekspresi yang ditawarkan, media sosial ternyata juga membawa dampak signifikan terhadap kondisi psikologis penggunanya—terutama kalangan remaja.

Penelitian yang dilakukan di Desa Winong, sebuah komunitas pedesaan yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional, mengungkapkan bahwa penggunaan Aplikasi X membawa dua sisi pengaruh terhadap remaja: bisa menjadi tempat untuk mendapatkan dukungan emosional, namun juga menjadi sumber tekanan sosial dan gangguan mental jika tidak dikelola dengan bijak.

Media Sosial Sebagai Ruang Ekspresi dan Dukungan Emosional

Banyak remaja yang merasa bahwa aplikasi X menjadi tempat aman untuk mencurahkan isi hati mereka. Platform ini memberikan ruang untuk mengekspresikan perasaan, menceritakan pengalaman hidup, hingga berbagi keresahan yang tidak selalu mudah diungkapkan secara langsung kepada orang terdekat.

Salah satu responden perempuan berusia 16 tahun mengatakan bahwa ia sering menggunakan aplikasi X untuk bercerita tentang masalah sekolah atau keluarga. Respons positif dari teman-teman di dunia maya membuatnya merasa lebih kuat dan tidak sendirian. Bahkan, komentar-komentar penyemangat tersebut bisa menjadi pemantik semangat untuk menjalani hari-harinya.

Fenomena ini menunjukkan bahwa, di satu sisi, media sosial dapat berfungsi sebagai semacam “bantuan pertama psikologis” atau ruang curhat digital yang membantu remaja mengurangi beban mental. Ini menjadi sangat penting terutama bagi remaja di daerah pedesaan, di mana akses ke layanan konseling profesional masih sangat terbatas.

Tekanan Sosial dan Dampak Psikologis Negatif

Namun di sisi lain, tidak sedikit pula remaja yang mengalami tekanan sosial ketika berinteraksi di media sosial. Budaya perbandingan sosial, ekspektasi untuk tampil sempurna, serta komentar negatif yang tidak membangun, menjadi pemicu munculnya perasaan cemas, minder, bahkan stres berat.

Remaja laki-laki berusia 17 tahun yang menjadi responden dalam penelitian ini mengaku bahwa ia merasa tertekan setiap kali melihat unggahan teman-temannya yang dianggap lebih keren atau sukses. Ia merasa ketinggalan dan kurang percaya diri, bahkan sempat merasa ingin berhenti menggunakan aplikasi X karena efek negatif tersebut.

Tekanan ini diperparah dengan fenomena Fear of Missing Out (FOMO) dan cyberbullying yang makin marak terjadi di media sosial. Apalagi, dalam konteks pedesaan seperti Desa Winong, remaja berada dalam dilema identitas antara dunia nyata yang konservatif dan dunia maya yang bebas berekspresi. Konflik identitas inilah yang menjadi sumber ketidakstabilan emosi dan penurunan konsep diri.

Strategi Mengatasi Tekanan Digital

Menariknya, para remaja di Desa Winong menunjukkan upaya aktif dalam mengelola dampak negatif media sosial. Beberapa strategi coping yang mereka gunakan antara lain adalah membatasi waktu penggunaan aplikasi, menjauh dari media sosial ketika sedang stres, serta mencari dukungan dari orang tua atau teman dekat.

Misalnya, seorang responden perempuan berusia 15 tahun menyatakan bahwa ia merasa tertekan ketika unggahannya tidak mendapat cukup ‘likes’ atau komentar. Namun ia juga belajar untuk membatasi penggunaan aplikasi dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk berbicara dengan keluarga ketika merasa cemas. Ini adalah bentuk kearifan lokal yang perlu diapresiasi, di mana kedekatan sosial di lingkungan pedesaan bisa menjadi sistem pendukung yang kuat bagi kesehatan mental remaja.

Peran Edukasi dan Pendampingan Karir

Temuan ini memberikan refleksi penting bagi lembaga pendidikan dan pengembangan karir, termasuk UPT Pengembangan Karir. Di tengah arus digitalisasi yang terus berkembang, literasi digital dan kesehatan mental menjadi dua aspek krusial yang tidak bisa dipisahkan dalam mendampingi generasi muda menuju dunia kerja.

Banyak remaja saat ini membentuk citra diri dan orientasi masa depan mereka berdasarkan apa yang mereka lihat dan alami di media sosial. Sayangnya, informasi yang beredar tidak selalu akurat atau membangun. Tanpa bimbingan yang tepat, mereka bisa terjebak dalam standar keberhasilan semu yang justru menghambat proses pertumbuhan karir dan kepribadian mereka.

Karena itu, penting bagi institusi seperti UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon untuk menghadirkan program bimbingan karir yang tidak hanya berbasis pada kompetensi teknis dan keterampilan kerja, tetapi juga memperhatikan kondisi psikologis dan dinamika emosional mahasiswa. Workshop kesehatan mental, literasi media sosial, dan pelatihan membangun identitas profesional digital bisa menjadi langkah strategis dalam mendampingi mahasiswa menuju dunia kerja yang sehat secara mental.

Implikasi Bagi Lingkungan Sosial Pedesaan

Dalam konteks pedesaan, media sosial tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga jendela ke dunia luar. Ketika tidak disertai dengan edukasi dan pendampingan yang memadai, penggunaan media sosial justru dapat menimbulkan tekanan yang besar, terutama bagi remaja yang sedang berada dalam masa pencarian jati diri.

Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun akses internet dan teknologi di desa mungkin lebih terbatas dibandingkan kota, pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental tetap signifikan. Oleh karena itu, literasi digital harus mulai dikenalkan sejak dini, tidak hanya di sekolah, tetapi juga melalui kegiatan masyarakat seperti karang taruna, majelis taklim remaja, hingga program desa sehat berbasis psikososial.

Penutup: Media Sosial Bukan Musuh, Tapi Butuh Kebijaksanaan

Penggunaan media sosial seperti Aplikasi X memang menawarkan banyak keuntungan: kemudahan berkomunikasi, ruang untuk berekspresi, hingga peluang membangun jejaring. Namun, sebagaimana dua sisi mata pisau, platform ini juga bisa menjadi sumber tekanan dan ketidakstabilan psikologis jika digunakan tanpa batas dan tanpa arahan.

Remaja sebagai kelompok usia yang sedang mengalami transisi emosional sangat rentan terhadap pengaruh media sosial. Karena itu, pendampingan dan edukasi menjadi kunci utama dalam menjaga kesehatan mental mereka.

UPT Pengembangan Karir UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon mengajak seluruh elemen—baik mahasiswa, dosen, orang tua, maupun masyarakat luas—untuk sama-sama peduli terhadap kesejahteraan mental remaja di era digital. Dengan pemahaman yang tepat dan pendekatan yang inklusif, kita bisa menciptakan ekosistem yang sehat untuk tumbuh dan berkembang, baik secara karir maupun psikologis.

DAFTAR PUSTAKA   

Dewi, N. R. D. A. (2021). Pengaruh media sosial twitter terhadap wawasan kebangsaan remaja Indonesia dari perspektif psikologi sosial. Journal on Education, 3(03), 230-235.  

Dea Cindi Amelia Ginting, Sri gusti Rezeki, Aldio Azani Siregar, & Nurbaiti Nurbaiti.

(2023). Analisis Pengaruh Jejaring Sosial Terhadap Interaksi Sosial di Era Digital. Pusat Publikasi Ilmu Manajemen , 2 (1), 22–29. Diambil dari https://ejournalnipamof.id/index.php/PPIMAN/article/view/280.  

Sekar Kasih, A. R., & Maharani, T. (2024). Transformasi Ruang Publik Digital: Studi Kasus Komentar Netizen dalam Akun Curhat. Kajian Linguistik Dan Sastra, 9(1), 24–42. https://doi.org/10.23917/kls.v9i1.5068

Putri, A. W., Wibhawa, B., & Gutama, A. S. (2015). Kesehatan mental masyarakat Indonesia (pengetahuan, dan keterbukaan masyarakat terhadap gangguan kesehatan mental). Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2), 252-258.  

Anggarini, P. E., Manangkot, M. V., & Kamayani, M. O. A. (2022). Hubungan Kecanduan  

Internet Dengan Kecerdasan Emosional pada Remaja. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 5(2), 381-394  

Aprilia Hastuti, E., Widianti, E., & Aryani, Y. A. (2023). Pengaruh Penggunaan Media

Sosial Twitter Terhadap Kesehatan Mental Emosional Pada Remaja. Jurnal  

Keperawatan ‘Aisyiyah, 10(1), 1—9. https://doi.org/10.33867/jka.v10i1.353