Menguasai Seleksi Kerja FGD dan LGD: Bekal Penting untuk Calon Profesional
Cirebon – Persaingan kerja di era modern semakin ketat. Perusahaan tidak hanya mencari kandidat yang unggul secara akademik, tetapi juga individu yang mampu bekerja sama, berpikir kritis, dan menunjukkan kepemimpinan dalam situasi nyata. Salah satu metode seleksi yang banyak digunakan untuk menilai aspek tersebut adalah Focus Group Discussion (FGD) dan Leaderless Group Discussion (LGD).
Menurut laporan World Economic Forum (2023), keterampilan komunikasi, pemecahan masalah, serta kemampuan bekerja sama dalam tim termasuk dalam Top 10 Skills of the Future yang paling dibutuhkan di dunia kerja. Inilah yang membuat FGD dan LGD menjadi instrumen penting dalam proses rekrutmen, terutama untuk program Management Trainee, posisi strategis, hingga jabatan yang membutuhkan koordinasi tim solid.
Apa itu FGD dan LGD?
Focus Group Discussion (FGD) adalah diskusi kelompok terfokus yang biasanya dipandu oleh seorang moderator atau penilai. Peserta diminta membahas suatu isu atau studi kasus dalam waktu terbatas. Tujuannya bukan hanya menilai jawaban, melainkan bagaimana peserta berkontribusi, mendengarkan, dan membangun solusi bersama.
Leaderless Group Discussion (LGD) memiliki konsep serupa, tetapi tanpa pemimpin resmi. Semua peserta memiliki kedudukan setara dan harus mengatur jalannya diskusi sendiri. Penilai kemudian mengamati siapa yang mampu memimpin secara alami, siapa yang proaktif, serta bagaimana dinamika kelompok terbentuk.
Seperti dijelaskan oleh Robbins & Judge (2020) dalam Organizational Behavior, situasi tanpa pemimpin formal justru memberi kesempatan untuk melihat emergent leadership, yakni kepemimpinan yang muncul secara alami berdasarkan interaksi tim.
Keuntungan dan Kelemahan
Bagi perusahaan:
-
Mengukur soft skill secara langsung. Rekruter dapat menilai kemampuan komunikasi, kepemimpinan, dan pemecahan masalah tanpa filter.
-
Simulasi dunia kerja nyata. FGD dan LGD menggambarkan dinamika tim yang sesungguhnya.
-
Efisiensi. Banyak kandidat dapat dievaluasi sekaligus.
Bagi peserta:
-
Kesempatan unjuk kemampuan non-akademis. FGD dan LGD membuka peluang menunjukkan keunggulan interpersonal yang tidak terlihat di CV.
-
Mengasah respon cepat. Diskusi dinamis melatih berpikir jernih di bawah tekanan.
-
Networking. Bertemu peserta lain bisa membuka jalan kolaborasi di masa depan.
Kelemahan yang perlu diwaspadai:
-
Penilaian bisa subjektif.
-
Kandidat dominan bisa mendominasi diskusi.
-
Waktu terbatas membuat sebagian peserta kesulitan menonjol.
Tantangan Umum
Berdasarkan penelitian oleh Kim & Lee (2019) dalam Journal of Applied Psychology, kandidat seringkali menghadapi hambatan psikologis dalam seleksi berbasis diskusi. Rasa gugup, fokus berlebihan pada persaingan, hingga kurangnya wawasan topik sering menjadi penghalang.
Di lapangan, kesalahan strategi komunikasi juga banyak terjadi: ada yang terlalu pasif, sementara ada yang terlalu agresif hingga tidak memberi ruang pada peserta lain.
Strategi Sukses Menghadapi FGD & LGD
Sebelum seleksi:
-
Riset isu terkini, tren industri, serta studi kasus relevan.
-
Latihan simulasi diskusi di organisasi atau komunitas.
-
Bangun mental positif: anggap FGD sebagai peluang, bukan ancaman.
Saat diskusi:
-
Dengarkan sebelum berbicara, agar respons lebih relevan.
-
Gunakan bahasa tubuh yang terbuka dan percaya diri.
-
Bicara singkat, jelas, dan berbobot.
-
Tunjukkan kepemimpinan alami, misalnya dengan merangkum poin diskusi.
-
Hargai pendapat peserta lain, meski berbeda pandangan.
Setelah seleksi:
-
Lakukan refleksi diri: catat kelebihan dan kelemahan.
-
Bangun jaringan profesional dengan peserta lain.
Kisah Nyata yang Menginspirasi
Bayu, lulusan teknik, mengikuti seleksi LGD program Management Trainee di perusahaan otomotif besar. Topiknya adalah “Strategi mengurangi emisi karbon di industri manufaktur.”
Alih-alih langsung berbicara, Bayu mendengarkan terlebih dahulu, mencatat poin penting, lalu mengusulkan struktur diskusi agar pembahasan lebih terarah. Meski tidak paling banyak bicara, Bayu justru dipuji karena mampu menjaga fokus tim, memberikan solusi realistis, dan menunjukkan kepemimpinan alami.
Kisah ini menegaskan bahwa kualitas kontribusi lebih penting daripada kuantitas bicara.
Tips Tambahan untuk Menonjol
-
Berpikir kritis tanpa meremehkan pendapat orang lain.
-
Sertakan data dan contoh nyata.
-
Gunakan teknik bridging bila kurang paham topik.
-
Jangan takut berbeda pendapat, asalkan disampaikan sopan.
-
Kelola waktu bicara agar adil bagi seluruh peserta.
Kesimpulan
FGD dan LGD adalah metode seleksi yang menguji lebih dari sekadar kecerdasan akademis. Kandidat yang sukses adalah mereka yang mampu menunjukkan kepemimpinan alami, komunikasi efektif, dan pemikiran strategis dalam waktu singkat namun bermakna.
Seperti ditekankan Simon Sinek dalam bukunya Leaders Eat Last (2017), kepemimpinan sejati bukan soal dominasi, tetapi tentang empati, membangun rasa aman, dan memastikan keberhasilan bersama. Nilai inilah yang relevan untuk FGD maupun LGD.
Bagi para pencari kerja, tahapan seleksi ini sebaiknya dipandang sebagai ajang pembuktian diri sekaligus wadah pembelajaran. Dengan persiapan matang, sikap profesional, serta komitmen pada kerja sama tim, setiap kandidat memiliki peluang besar untuk menonjol di hadapan rekruter.
Referensi
-
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2020). Organizational Behavior. Pearson.
-
Kim, S., & Lee, H. (2019). Group discussion assessment and candidate performance: An empirical study. Journal of Applied Psychology.
-
Sinek, S. (2017). Leaders Eat Last. Penguin Random House.
-
World Economic Forum. (2023). The Future of Jobs Report 2023.
Penulis: Muhamad Qusaeri
Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam
UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon