Menemukan Jalur Karir yang Tepat Gen-Z. Kerja, Wirausaha, atau Keduanya?

Karir bukan lagi jalur lurus yang hanya mengarah ke satu titik pada era digital saat ini. Bagi Gen Z yang tumbuh di tengah teknologi, keterbukaan informasi, dan budaya ”instant access” Jika dulu setelah lulus kuliah pilihan utama adalah menjadi pegawai kantoran, tetapi kini lanskapnya jauh lebih beragam. Ada yang memilih bekerja di perusahaan, ada yang merintis wirausaha, dan tidak sedikit yang menggabungkan keduanya. Dengna hal tersebut dapat memberikan gambaran sehingga kamu bisa menemukan jalur yang paling sesuai dengan nilai, kemampuan, dan tujuan hidupmu.

Generasi Z memiliki karakteristik yang membuat mereka unik dalam menghadapi pilihan karir. Mereka sebagai digital native mahir menggunakan teknologi, terbiasa belajar cepat, dan mampu memanfaatkan platform online untuk membangun brand pribadi.(Dewi & Purwanti, 2024) Gen z cenderung menghargai fleksibilitas dan keseimbangan hidup, bukan hanya gaji besar. Kreativitas dan keinginan untuk mandiri membuat wirausaha menjadi pilihan yang menarik. Rasa ingin tahu dan kemampuan beradaptasi memudahkan mereka mencoba berbagai model kerja bekerja.

  1. Bekerja

bekerja merupakan segala bentuk aktivitas yang dilakukan seseorang dengan tujuan menghasilkan sesuatu yang bernilai, baik itu barang, jasa, maupun hasil intelektual yang memberikan manfaat bagi dirinya maupun orang lain.(Wahana, 2017) Misalnya bekerja sebagai karyawan berarti memasuki sebuah sistem yang terstruktur, dengan aturan yang jelas, tanggung jawab tertentu, dan imbalan berupa gaji serta fasilitas. Setiap bulan pendapatan bisa diprediksi, tunjangan kesehatan tersedia, dan ada peluang untuk naik jabatan jika kinerja baik. Lingkungan kerja yang formal juga memungkinkan seseorang belajar langsung dari rekan kerja yang lebih senior, memahami budaya perusahaan, dan membangun jaringan profesional yang luas. Akan tetapi di balik stabilitas itu terdapat keterbatasan yang perlu disadari. Jam kerja biasanya kaku, mobilitas terbatas, dan keputusan penting sering berada di tangan atasan. Bagi sebagian orang yang menghargai kebebasan atau ingin bereksperimen, struktur ini kadang terasa mengekang.

  1. Wirausaha

Jika bekerja terbilang kaku dan terasa mengekang, wirausaha menawarkan kebebasan penuh. Seorang wirausahawan pasti memiliki kendali total atas ide, strategi, hingga arah perkembangan bisnis.(Rachmat et al., 2023) Ada ruang besar untuk kreativitas dan inovasi, serta peluang untuk meraih keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan gaji tetap. Wirausaha juga membuka kesempatan untuk memberi dampak langsung dalam bentuk lapangan pekerjaan bagi orang lain maupun kontribusi nyata bagi masyarakat. Akan tetapi kebebasan ini datang bersama risiko besar. Tidak ada jaminan pendapatan setiap bulan, tekanan mental dan finansial bisa tinggi, dan kegagalan adalah kemungkinan yang harus dihadapi. Wirausaha menuntut keterampilan yang beragam, mulai dari manajemen keuangan, pemasaran, pengelolaan tim, hingga kemampuan membaca pasar.

  1. Keduanya

Banyak orang kini memilih untuk tetap bekerja di perusahaan sambil menjalankan bisnis sampingan atau konsep yang populer dengan istilah side hustle. Model ini memberikan keuntungan ganda yaitu pendapatan stabil dari pekerjaan utama sekaligus peluang membangun usaha sendiri tanpa harus langsung mengambil risiko penuh.(Danang Sunyoto & SE, 2025) Bagi generasi Z yang kreatif dan multitasking bisa menjadi jalan tengah yang menarik. Menjalani dua peran sekaligus bukan tanpa tantangan. Manajemen waktu menjadi kunci utamanya karena energi terbagi antara pekerjaan utama dan bisnis. Risiko kelelahan atau burnout juga meningkat, dan ada potensi konflik kepentingan jika bisnis yang dijalankan berkaitan dengan industri pekerjaan utama.


Menentukan pilihan terbaik memerlukan refleksi mendalam. Seseorang perlu memahami tujuan hidupnya. Apakah yang diinginkan adalah stabilitas jangka panjang atau kebebasan kreatif untuk mengatur segalanya sendiri. Keterampilan yang dimiliki perlu dievaluasi. Ada bidang-bidang yang lebih cocok dijalani dalam lingkungan terstruktur, sementara bidang lain memberi peluang besar untuk berkembang secara independen. Kondisi finansial juga menjadi faktor penting. Jika masih ada tanggungan keluarga atau kebutuhan hidup yang mendesak, bekerja dengan gaji tetap mungkin menjadi pijakan awal yang aman. Jika sebaliknya, kamu memiliki cadangan modal dan kesiapan mental menghadapi risiko, memulai wirausaha bisa menjadi pilihan berani yang membuahkan hasil.

Tren global menunjukkan bahwa batas antara kerja dan wirausaha semakin kabur. Teknologi memungkinkan seseorang bekerja untuk perusahaan di luar negeri tanpa meninggalkan rumah, sekaligus mengelola bisnis daring yang melayani pelanggan dari berbagai kota. Fleksibilitas ini membuat karir menjadi lebih personal dan bisa disesuaikan dengan gaya hidup masing-masing individu.(Metris, 2024)

Jalur yang tepat adalah jalur yang sesuai dengan nilai, kebutuhan, dan tujuan pribadimu. Pilihan antara bekerja, berwirausaha, atau menggabungkan keduanya bukan sekadar soal profesi, melainkan cerminan dari cara kamu memandang hidup. Generasi Z memiliki keunggulan adaptasi yang memungkinkan mereka bereksperimen, mengubah arah, dan merancang karir sesuai keinginan. Hal yang paling terpenting adalah tetap belajar dan berani mengambil peluang, serta siap menghadapi perubahan. Pada era digital saat ini karir bukan lagi sekadar perjalanan mencari nafkah saja tetapi juga proses membentuk diri dan memberi makna pada kehidupan.


Referensi:

Dewi, A. A., & Purwanti, P. (2024). Pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap perilaku dan pengambilan keputusan generasi Z di era digital. Bundling: Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 1(1), 43–52.

Wahana, P. (2017). Mengusahakan kebahagiaan dalam kegiatan kerja. Jurnal Filsafat, 27(2), 244–263.

Rachmat, Z., Baali, Y., Rukmana, A. Y., Wonua, A. R., Sudirjo, F., Handiman, U. T., … Irawan, I. A. (2023). Pengembangan kewirausahaan. Get Press Indonesia.

Danang Sunyoto, S. H., & SE, M. M. (2025). SIDE HUSTLE AND PASSIVE INCOME: Menciptakan Kebebasan Finansial. PENERBIT KBM INDONESIA.

Metris, D. (2024). Hustle Culture: Mencermati Tren Perilaku Yang Mendorong Kesuksesan Tanpa Henti. Al-KALAM: JURNAL KOMUNIKASI, BISNIS DAN MANAJEMEN, 11(1), 111–131.