Kesalahan yang Sering Dilakukan Mahasiswa Saat Merencanakan Karir
Masa kuliah merupakan periode penting yang sering dianggap sebagai “jembatan emas” menuju dunia kerja. Diperkuliahan inilah mereka mempersiapkan diri, mengasah keterampilan, dan membangun bekal untuk meniti jalur karir impiannya.(Aryani & Rais, 2018) Namun kenyataannya tidak sedikit yang justru tersandung karena melakukan kesalahan sejak dini dalam proses perencanaan karir. Kesalahan ini sering kali tidak disadari oleh mahasiswa, bahkan dianggap sepele tetapi efeknya bisa memengaruhi peluang dan masa depan mereka.
Salah satu kesalahan yang cukup umum adalah kurangnya pemahaman tentang minat dan bakat pribadi.(Merdiasi, 2023) Banyak mahasiswa memilih jalur karir hanya karena ikut-ikutan tren, terpengaruh teman, ingin selalu mudah atau ingin memenuhi harapan orang tua. Padahal tanpa kesesuaian antara minat, bakat, dan pilihan karir, kemungkinan besar mereka akan merasa tidak puas, mudah jenuh, dan kehilangan motivasi di tengah jalan. Sebagai contoh seseorang yang sebenarnya memiliki bakat kreatif tinggi tetapi memaksa diri masuk ke bidang yang sangat teknis tanpa passion yang memadai, lama-kelamaan bisa merasa terkekang dan kehilangan semangat.
Tidak memiliki tujuan karir yang jelas merupakan kesalahan yang sering terjadi. Banyak mahasiswa menjalani kuliah tanpa rencana konkret tentang apa yang ingin mereka capai setelah lulus. Mereka sekadar fokus pada nilai akademis tetapi lupa memikirkan langkah strategis menuju dunia kerja. Akibatnya pada saat lulus, mereka kebingungan dan akhirnya mengambil pekerjaan yang tidak sesuai dengan kompetensi maupun cita-cita. Ketidakjelasan arah ini sering membuat perjalanan karir menjadi berliku dan memakan waktu lebih lama untuk mencapai posisi yang diinginkan.(Sari, Rahmania, & Anshori, 2023)
Mahasiswa sering juga mengabaikan pentingnya keterampilan non-akademik atau soft skill. Padahal di dunia kerja modern saat ini, kemampuan berkomunikasi, bekerja dalam tim, berpikir kritis, dan memecahkan masalah sering kali menjadi faktor pembeda antara kandidat yang diterima dan yang tersisihkan. Banyak lulusan yang pintar secara akademis, tetapi gagal di tahap wawancara kerja karena tidak mampu mengungkapkan ide dengan jelas atau bekerja sama secara efektif.(Mulyana, 2024) Menganggap soft skill sebagai hal sekunder adalah kesalahan yang bisa menghambat perkembangan karir secara signifikan.
Tidak memanfaatkan peluang magang dan pengalaman kerja selama kuliah juga menjadi kesalahan fatal yang kerap dilakukan mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa hanya berfokus pada perkuliahan formal tanpa berusaha mencari pengalaman di dunia nyata. Magang tidak hanya memberikan wawasan industri, tetapi juga membangun jejaring profesional yang sangat berharga. Perusahaan sering kali lebih memilih kandidat yang sudah punya pengalaman praktis, meskipun singkat, daripada yang benar-benar nol pengalaman.
Membangun jaringan atau networking terlalu terlambat merupakkan kesalahan yang banyak dilakukan mahasiswa. Banyak mahasiswa baru memikirkan soal relasi ketika mendekati masa kelulusan, padahal hubungan profesional membutuhkan waktu untuk berkembang. Menghadiri seminar, bergabung dalam komunitas, atau aktif di organisasi kampus bisa menjadi cara efektif membangun koneksi sejak dini. Tanpa jaringan yang kuat, akses terhadap informasi lowongan pekerjaan atau rekomendasi dari orang dalam akan sangat terbatas.
Mengabaikan personal branding juga dapat merugikan peluang karir. Profil LinkedIn yang kosong, portofolio yang tidak diperbarui, atau jejak digital yang tidak profesional dapat mengurangi penilaian pada citra diri di dunia maya. Mahasiswa yang tidak mengelola personal branding dengan baik berisiko kehilangan kesempatan meski secara kompetensi mereka sebenarnya mumpuni.
Tidak melek dengan Perubahan teknologi, kebutuhan pasar, dan dinamika ekonomi memengaruhi jenis pekerjaan yang tersedia. Mahasiswa yang tidak memperbarui pengetahuan mereka tentang tren ini berisiko mempersiapkan diri untuk pekerjaan yang mulai punah atau tidak lagi relevan. Misalnya, menguasai teknologi lama tanpa mempelajari alat dan metode terbaru akan membuat lulusan kalah bersaing di pasar kerja.
Banyak juga mahasiswa yang terjebak pada mentalitas menunda persiapan karir. Mereka merasa masih punya banyak waktu sehingga baru mulai memikirkan strategi karir di semester akhir. Padahal perencanaan karir idealnya dimulai sejak awal perkuliahan, agar setiap langkah yang dilalui selama berkuliah mulai dari pemilihan mata kuliah, kegiatan organisasi, hingga pengalaman magang, dapat selaras dengan tujuan jangka panjang.
Kesalahan-kesalahan tersebut dapat dihindari jika mahasiswa lebih proaktif dan reflektif sejak awal. Merencanakan karir bukan sekadar memikirkan pekerjaan impian. Memahami diri sendiri, membangun keterampilan yang relevan, memperluas jaringan, serta mengikuti perkembangan dunia kerja merupakan bagian dari perencanaan karir. Masa kuliah dapat menjadi periode emas untuk mempersiapkan diri menghadapi persaingan global.
Referensi:
Aryani, F., & Rais, M. (2018). Bimbingan Karir Masa Depan untuk Meraih Sukses ke Perguruan Tinggi. Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.
Merdiasi, D. (2023). PEMAHAMAN DIRI DALAM PERENCANAAN KARIR MELALUI PENELURUSAN MINAT BAKAT PADA SISWA SMA: Danella Merdiasi, Kasandra. Jurnal Pendidikan Dan Psikologi: Pintar Harati, 19(2).
Mulyana, B. S. (2024). Analisis Pengalaman Organisasi Kemahasiswaan Terhadap Kesiapan Kerja: Studi Komprehensip Terhadap Alumni Perguruan Tinggi dalam Lingkungan Kerja. Universitas Islam Indonesia.
Sari, H. N., Rahmania, N., & Anshori, M. I. (2023). Pengembangan karir dalam era ambiguitas. Jurnal Bintang Manajemen, 1(4), 25–46.