Antara Passion dan Cuan: Bisa Gak Sih Milih Dua-Duanya?
Antara Passion dan Cuan? Bisa Gak Sih Milih Dua-Duanya?
Ditulis oleh:
Sri Wahyuni
Relawan UPT Pengembangan Karir UIN Syekh Nurjati Cirebon
Di era sekarang, banyak anak muda yang hidup dalam dilema klasik, antara “Kerja sesuai passion tapi dompet menipis, atau kerja yang penuh tekanan tapi rekening makin tebal?” Pilihan ini sering kali menghantui para fresh graduate, mahasiswa tingkat akhir, bahkan mereka yang sudah lama terjun ke dunia kerja. Tapi siapa bilang kita harus memilih salah satunya?
Artikel ini akan membedah pertanyaan penting, bisakah kita menjalani karier yang menggabungkan antara passion dan cuan? Let’s explore.
Apa Itu Passion, dan Kenapa Semua Orang Ngomongin Itu?
Secara sederhana, passion adalah keinginan yang kuat terhadap objek, aktivitas, atau konsep yang disukai serta dianggap penting, dan seseorang banyak menginvestasikan waktu dan energinya pada aktivitas tersebut, bahkan menjadi bagian dari identitasnya. Misalnya menulis, menggambar, mengajar, desain grafis, membuat konten, atau bahkan berbicara di depan umum.
Banyak orang mendewakan passion karena mereka percaya bekerja di bidang yang disukai akan membuat hidup lebih bermakna serta dapat membantu orang tersebut menentukan pilihan jurusan atau karir mereka ke depan. In this economy, kita juga perlu sadar bahwa realita dunia kerja tidak selalu seindah kata-kata motivator. Passion sering kali tidak langsung menghasilkan uang, apalagi jika belum dikembangkan menjadi skill profesional.
Di sisi lain, cuan alias penghasilan adalah kebutuhan. Mau punya tempat tinggal, mau jajan di kafe, mau bantu keluarga, atau sekadar bayar langganan streaming semuanya butuh uang. Maka, wajar kalau banyak orang akhirnya memilih pekerjaan yang tidak sesuai passion tapi menawarkan gaji tetap dan stabilitas.
Tekanan sosial juga makin kencang, seperti "Udah kerja di mana sekarang?", "Kapan beli motor sendiri?", atau "Masa segede ini masih minta uang orang tua?" ini semua membuat kita sadar bahwa cuan bukan sekadar bonus, tapi kebutuhan nyata.
Haruskah Milih Salah Satu?
Jawabannya tidak harus. Memang, idealnya kita bisa langsung bekerja di bidang yang kita cintai dan digaji tinggi. Tapi kenyataan tidak selalu seperti itu. Solusinya? Mulailah dari yang memungkinkan terlebih dahulu.
Kalau kamu sudah punya skill tertentu yang dibutuhkan industri, bisa banget mulai kerja di situ dulu untuk memenuhi kebutuhan finansial. Sambil jalan, passion kamu bisa dijadikan side hustle atau proyek sampingan. Banyak freelancer, content creator, atau entrepreneur yang memulai kariernya dari pekerjaan biasa, lalu membangun brand personal di waktu luang.
Kamu juga bisa cari titik temu antara passion dan kebutuhan pasar. Misalnya: suka nulis bisa jadi content writer, suka bicara bisa jadi MC atau host webinar, suka desain bisa UI/UX designer. Konsep ini dikenal dengan nama Ikigai dari Jepang, prinsip ini dijabarkan ke dalam empat faktor yaitu:
- Gigih dalam hidup dengan bekerja keras extra, meskipun secara geografis Jepang adalah negara yang rentan terhadap bencana alam.
- Memberi manfaat pada masyarakat untuk mewujudkan suatu tujuan dan sebagai sarana untuk hidup
- Hidup sehat melalui olahraga teratur dan memperhatikan makanan atau minuman yang masuk ke tubuh
- Hidup selaras dengan alam, lingkungan dan masyarakat.
Strategi yang Harus Kamu Coba
Kalau kamu masih galau, coba lakukan ini:
- Buat daftar hal-hal yang kamu suka dan kuasai
- Riset pasar kerja: adakah bidang yang bisa menyatukan dua hal itu?
- Bangun portofolio kecil-kecilan dari sekarang (blog pribadi, akun desain, video TikTok edukatif)
- Ikuti pelatihan atau sertifikasi yang mendekatkan passion kamu ke dunia kerja
- Jangan gengsi mulai dari bawah—banyak karier hebat dimulai dari kerja kecil-kecilan
Ingat, karier itu maraton, bukan sprint. Gak apa-apa kalau sekarang kerja kamu belum sesuai passion sepenuhnya. Asal kamu punya arah, pelan-pelan kamu bisa menuju karier yang kamu impikan.
Banyak orang sukses karena mereka realistis dan fleksibel. Mereka gak selalu bekerja sesuai passion sejak awal, tapi mereka tahu cara memadukan kebutuhan hidup dengan apa yang mereka cintai.
Kamu juga bisa. Kamu gak harus langsung jadi yang paling keren, paling mapan, atau paling ideal. Tapi kamu bisa jadi seseorang yang tahu apa yang dikejar sambil tetap menikmati prosesnya.
Jadi, antara passion dan cuan gak usah pilih salah satu. Pilih jalurmu sendiri, dan jadikan keduanya bahan bakar hidupmu.
“Kerja itu ibadah. Kalau bisa ikhlas dan menghasilkan, kenapa harus pilih salah satu?”
Referensi:
Monika, Virgie Nathania, “Passion dan Perencanaan Karir”, Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia, Vol. 5, No. 1 (Mei 2022): 21.
Ni Nyoman Aris, Wayan Nurita dan Ni Wayan Meidariani, “Ikigai Pada Masyarakat Jepang” Jurnal Pendidikan Bahasa Jepang Undiksha, Vol. 9 No. 2 (2023) : 105.